Kenikmatan Gurih di Setiap Gigitan

Pempek Palembang: Kenikmatan Gurih di Setiap Gigitan

Pempek, adonan ikan giling yang digoreng atau direbus, adalah ikon kuliner Palembang yang lahir dari akulturasi Tionghoa-Jawa abad 16. Nama “pempek” dari “apek”—panggilan lelaki Tionghoa tua—konon penjual pertama di Pasar 16 Ilir tahun 1600-an. Kini, 1,2 juta pempek terjual harian di Sumatera Selatan; UNESCO akui “Empek-empek” sebagai Warisan Budaya Tak Benda 2023.

Proses adalah seni ketelatenan. 1 kg ikan tenggiri (harus segar, mata merah) digiling halus, dicampur sagu tani 1,2 kg, telur ayam 2 butir, garam 30 g, dan air es 200 ml—tanpa tepung terigu, agar kenyal alami. Adonan dibentuk: kapal selam (isi telur utuh), lenjer (panjang 20 cm), keriting (spiral), pistil (gulung daun pisang), ada’an (bulat kecil). Direbus 15 menit di air mendidih, lalu digoreng 3 menit hingga kuning keemasan. Cuko—kuah hitam—dibuat dari gula merah 500 g, cuka aren 200 ml, bawang putih 100 g, cabe rawit 50 g, ebi 50 g—direbus 1 jam, disaring, tambah timun parut dan mie kuning.

Varian pempek mencerminkan kreativitas. Kapal selam premium isi telur bebek—kuningnya meleleh saat digigit. Pempek dos tanpa ikan, pakai tepung kanji—vegan friendly. Pempek panggang dioles kecap manis, populer di Jakarta. Pempek lenggang—pempek iris digoreng dengan telur, seperti martabak mini. Celimpungan—bakso pempek di kuah santan pedas.

Pempek adalah identitas Palembang. “Makan pempek, minum teh manis”—ritual wajib. Warung Pempek Candy (berdiri 1970) jual 5.000 porsi/hari; Pempek Pak Raden di 26 Ilir sajikan di rakit Sungai Musi—pemandangan Jembatan Ampera jadi bonus. Festival Pempek tiap Agustus undang 80.000 pengunjung; lomba bikin cuko 1 jam jadi ajang pelestarian resep leluhur.

Modernitas merangkul tradisi. Pempek vakum ekspor ke Singapura, Malaysia; pempek frozen laris di e-commerce. Kampung Pempek 10 Ulu latih 300 pemuda/tahun; ikan gabus ganti tenggiri—lebih murah, rasa tetap autentik. Zero waste: kulit ikan jadi kerupuk kulit, sagu sisa jadi bihun.

Pempek adalah ledakan di mulut: kenyal luar, lembut dalam, cuko pedas manis. Di pinggir Sungai Musi, ia berkata: “Gigitlah pelan—setiap suap adalah 1 kg ikan, 1 jam cuko, dan cinta Palembang yang tak pernah tenggelam.”

By admin

Related Post